September 2020 - Nawang's Journal

Minggu, 27 September 2020

5 Kendala Belajar Daring yang Bisa Menghambat Belajarmu!
September 27, 20200 Comments

 Name : Nawangsih

Student Number : A1B218071

Assignment 1 Creative Writing Practice


Kendala Belajar Daring

       Di abad ke-21 ini, tidaklah aneh jika kita melihat bahkan merasakan berbagai dampak dari kemajuan teknologi. Sadar atau tidak, kehidupan manusia pada saat ini mulai bergantung pada kecanggihan teknologi. Kita bisa melakukan komunikasi jarah jauh dengan kecepatan terhubung yang cepat, mendapatkan informasi dengan mudah serta berbagai kemudahan lainnya akibat dari kemajuan teknologi.

           Kemajuan teknologi bersinggungan dengan segala aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan. Dewasa ini, kita dapat melakukan proses pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Proses pembelajaran menjadi lebih efisien, mudah dan menghemat waktu. Walaupun demikian, belajar daring juga terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat proses pembelajaran.

           Ketika mengharuskan belajar daring, setidaknya ada 5 kendala belajar daring yang dihadapi guru ataupun siswa. Berikut adalah daftarnya.

1.                Kuota Internet

Untuk tersambung pada jaringan internet maka siswa ataupun guru harus memiliki jumlah kuota internet yang cukup untuk melakukan video converence atau sekedar berbagi materi dan berdiskusi di aplikasi chatting. Banyak pihak terutama orangtua siswa yang mengeluhkan bahwa belajar secara daring malah membuat mereka mengeluarkan biaya lebih untuk membeli kuota internet agar anak mereka dapat mengikuti kelas daring.

      2.       Perangkat Teknologi yang Memadai


Dalam pembelajaran secara daring perangkat teknologi sangat dibutuhkan untuk mengakses materi. Sama halnya dengan kuota internet, perangkat teknologi yang canggih dan memadai juga membuat kita mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya. Hal ini tentu saja menjadi beban bagi para orang tua apalagi keluarga dengan pendapatan menengah ke bawah.

      3.     Tidak ada koneksi Internet = Tidak ada kelas


Selain kuota internet dan perangkat yang memadai, koneksi internet yang lancar juga sangat dibutuhkan untuk belajar daring. Jika koneksi internet terganggu tentu saja akan menghambat proses pembelajaran. Sayangnya kita tidak bisa memastikan koneksi internet selalu lancar. Ada beberapa factor yang membuat koneksi internet tidak bagus seperti lampu padam, hujan atau lingkungan pedesaan.

    4.        Siswa cenderung pasif


Berbeda dari belajar tatap muka dimana siswa berlomba-lomba untuk merebut perhatian guru, pada pembelajaran daring siswa cenderung menjadi pasif dan tidak seaktif belajar tatap muka. Hal ini bisa saja dikarenakan siswa kurang focus, kehilangan semangat ataupun motivasi belajar akibat keadaan sekitar yang tidak mendukung mereka untuk menjadi aktif sehingga siswa menganggap kelas daring tidak sepenting kelas tatap muka.

      5.      Segudang tugas tanpa penjelasan materi


Kendala belajar daring berikut ini sering menjadi perbincangan di kalangan siswa. Terkadang guru hanya memberikan tugas beserta sumber materi tanpa menjelaskan materi tersebut. Padahal tidak semua siswa dapat menyerap materi tanpa diberi penjelasan terlebih dahulu. Akibatnya banyak siswa yang menganggap bahwa belajar daring tidak efisien karena tugas yang menumpuk setiap minggunya sementara mereka tidak benar-benar memahami materi.

Walau terdapat kendala, bukan berarti belajar daring salah untuk dilakukan. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini, proses pembelajaran secara daring adalah salah satu solusi untuk terus melakukan proses pembelajaran. saya rasa kendala-kendala tersebut dapat disiasati dengan memikirkan alternatif lainnya.





Reading Time:

Senin, 14 September 2020

My Autobiography
September 14, 20200 Comments
Name : Nawangsih
Student Number : A1B218071


Aku dan Impian

        Namaku Nawangsih, perempuan pecinta kucing yang lahir di Padang Pariaman, 28 September 2000. Saat ini aku berusia 20 tahun dan sedang melanjutkan studi di salah satu PTN di Jambi. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Manan Hermanto dan Nina Sopia. Aku mempunyai dua nama panggilan, yang pertama adalah Asih. Mereka yang memanggilku dengan nama panggilan itu dapat dipastikan bahwa mereka adalah keluarga atau teman satu SD ku. Nama panggilanku yang kedua berasal dari dua dari tiga suku kata nama lengkapku, yaitu Nawang. Aku lebih dikenal dengan panggilan akrab Nawang daripada Asih karena setelah aku lulus SD setiap bertemu dengan orang asing aku selalu mengatakan untuk memanggilku dengan nama panggilanku yang kedua saja.

        Aku terlahir dari keluarga sederhana dan hangat. Ayahku lahir di Blitar, Jawa Timur dan Ibuku lahir di Padang Pariaman, sama sepertiku. Kedua orang tuaku adalah pegawai negeri sipil. Bedanya adalah Ayahku seorang PNS daerah, sedangkan Ibuku PNS pusat. Mereka tidak pernah menuntutku harus menjadi orang yang paling hebat. Kata mereka, dengan hanya menjadi seseorang yang tak pernah lelah memperjuangkan segala impiannya, sudah cukup membuat mereka bangga.

        Selama aku menempuh pendidikan, aku baru sekali masuk sekolah swasta yaitu pada saat SMP. Aku masuk ke salah satu SDN di dekat rumahku yang dahulu, SDN 131 namanya. Karena SD-ku itu dekat dengan rumahku, aku sering pulang berjalan kaki bersama teman-teman yang lainnya. Hingga saat ini, aku masih berfikir bahwa masa-masa sekolah dasar adalah masa terbaik karena hal-hal yang kuingat hanyalah kenangan indah tentang masa itu. Masa dimana aku mencoba banyak hal untuk pertama kalinya. Mencoba berteman, bersosialisasi, mematuhi peraturan sekolah, dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya. Singkatnya, aku rindu masa itu.

        Sebelumnya telah kukatakan bahwa aku bersekolah di sekolah swasta saat aku SMP, lebih tepatnya sekolah swasta Islam. SMPI Al-Falah Jambi adalah tempat dimana aku menuntut ilmu setelah aku lulus SD. SMP-ku itu menetapkan peraturan harus telah berada di sekolah pukul 06.30 pagi dan waktu pulang sekolah pukul 4 sore. Kami shalat zuhur dan ashar berjamaah serta mengaji bersama-sama. Tidak seperti masa-masa SD-ku, aku merasa bahwa masa-masa SMP-ku adalah masa tersulit. Mungkin karena masa SMP adalah masa awal remaja, tanpa sadar aku menjadi sensitive terhadap sekitarku. Terkadang aku salah paham akan candaan-candaan temanku, menganggap mereka tidak menyukaiku dan meremehkanku. Hingga seiring waktu, aku menjadi berkepribadian tertutup.

        Namun aku bersyukur bersekolah di sekolah Islam pada usia awal remajaku. Aku jadi mengenal tentang Agamaku di usia dini. Berusaha bertindak dan bertingkah laku sesuai ajaran Agamaku. Salah satu guruku pernah berkata bahwa murid yang bersekolah di sekolah swasta adalah murid yang beruntung karena mendapatkan perhatian yang lebih dari para guru. Aku tidak percaya pada saat itu. Kemudian dikemudian hari aku membenarkan perkataan beliau. Ada banyak suka dan duka di masa SMP-ku dan aku mensyukurinya.

        Di jenjang pendidikan menengah atas, aku melanjutkan sekolah di SMAN 11 Jambi. Di masa SMA-ku, aku banyak mengenal dan menyadari arti kehidupan. Bertemu kemudian berpisah. Meraih kemudian melepaskan. Terlalu banyak kisah-kasih yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Aku mengenal banyak orang, berteman dan pertemanan itu tetap terjaga hingga aku lulus SMA. 

        Ketika aku masuk usia sekolah dasar, aku menemukan hal pertama yang aku sukai. Aku tertarik pada bidang seni rupa terutama menggambar dan melukis. Saat itu aku hanya sekedar tertarik karena kagum akan karya-karya seni yang menawan. Setelah aku beranjak dewasa, aku mulai menyadari bahwa nyatanya makna suatu karya seni lebih dalam dan lebih indah dari sekedar hanya untuk dipandang dan dikagumi. Awalnya hanya tertarik namun lama-kelamaan rasa itu berkembang dengan indah, seindah karya-karya seni yang kukagumi dan berakhir menjadi perasaan suka yang tak berbatas.

        Selain menyukai bidang seni rupa, aku juga menyukai bidang kebahasaan. Ketika aku SMP, aku sangat senang setiap kali ada kelas bahasa. Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing, aku menyukainya. Rasa kesukaanku itu didasari atas kekagumanku kepada guru-guruku yang mengajar kelas bahasa. Berkat mereka, aku menemukan bidang lain yang aku sukai.

        Dalam hidupku, berhasil lolos seleksi Perguruan Tinggi Negeri adalah salah satu impian terberat yang kuperjuangkan. Sejak dahulu, aku selalu punya impian dapat menjadi mahasiswi di PTN dan melanjutkan studi setinggi mungkin. Aku bahkan tidak tahu dan tidak memikirkan jurusan apa yang harus kupilih karena aku terlalu berfokus dan memaksakan diri bahwa aku harus lolos seleksi PTN. Ketika aku kelas 3 SMA, aku akhirnya mulai mempertimbangkan jurusan apa yang harus kupilih. Akupun memutuskan untuk memilih jurusan sesuai dengan bakat dan minatku pada bidang yang kusukai, yaitu seni dan kebahasaan.

        Namun setiap impian tidak selalu terwujud dengan mudahnya. Aku menyadari bahwa apa yang dipilih tidak mutlak harus terpilih semudah kita membalikkan telapak tangan. Beberapa kali gagal lolos seleksi PTN membuatku putus asa dan ingin mengubur dalam-dalam impianku. Hingga dititik terendah pertahananku, aku teringat kembali perkataan orang tuaku. “ Kamu boleh lelah dan beristirahat sejenak tetapi jangan sampai kamu menyerah memperjuangkan impianmu” itu kata mereka. Akupun mencoba bangkit kembali, berusaha lebih giat dan memberanikan diri mengikuti seleksi PTN lainnya.  Tentu saja, diiringi dengan dukungan orang tuaku dan berserah diri kepada Tuhan atas segala usahaku.

        Saat hari pengumuman peserta yang lolos seleksi, dengan tangan bergetar aku berseru kepada orang tuaku bahwa aku dinyatakan lolos seleksi masuk PTN di Jambi. Aku berhasil mewujudkan impianku dan masuk jurusan salah satu bidang yang aku sukai. Ternyata memang benar bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Aku percaya itu.

        Setelah dinyatakan lolos seleksi, aku cukup sibuk mengurus segala persiapan menjadi mahasiswa baru. Mulai dari mempersiapkan dokumen untuk pendaftaran ulang, pembayaran biaya administrasi masuk kuliah hingga mempersiapkan mentalku menyandang status sebagai mahasiswa. Namun tentu saja aku menikmatinya dengan sepenuh hati. 

        Sebelum menjalani perkuliahan, para mahasiswa baru melakukan kegiatan yang bernama PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru). Aku dan para mahasiswa baru lainnya melakukan tiga kali kegiatan PKK ini, yaitu PKK Universitas, PKK Fakultas, dan PKK Jurusan. Kami diberikan pembekalan tentang kehidupan di kampus dan pengenalan lingkungan kampus agar kami lebih cepat beradaptasi. Saat melakukan kegiatan PKKMB aku berkenalan dengan banyak teman baru. Rasanya menyenangkan berbagi cerita dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Aku banyak mendapat teman baru dan banyak mendapat pengetahuan baru juga.

        Hingga tibalah hari dimana aku resmi menjadi mahasiswa baru. Kesan pertamaku menjadi seorang mahasiswa adalah menegangkan namun juga menyenangkan disatu sisi. Banyak sekali ilmu-ilmu berharga yang kudapat dari para dosen-dosenku yang hebat. Aku menyadari bahwa aku menjadi lebih mandiri ketika aku telah menjadi seorang mahasiswa. Walaupun saat ini aku telah berada di semester 5 namun kesan pertamaku itu tetap ada. Satu hal yang pasti, aku bahagia atas apa yang telah kucapai saat ini. Aku berjanji akan terus memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik lagi. Percayalah pada dirimu sendiri. Gapailah impianmu hingga kamu merasa puas atas apa yang telah kamu gapai. Ketahuilah bahwa ada sesuatu dalam dirimu yang lebih kuat daripada semua rintangan.

Reading Time:

@way2themes